Yunietha Lakhiafa
DIURETIK

I.   TUJUAN
a. Mengenal suatu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek diuretik suatu obat.
b. Merumuskan beberapa kriteria diuretic dan pendekatan yang baik untuk mengatasinya.

II.  TEORI DASAR
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis mempunyai dua pengertian:
1.      menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi.
2.      menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah.
Mekanisme kerja diuretik
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :
-   tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
-   status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
-   interaksi antara obat dengan reseptor.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1.      Diuretik osmotik
Tempat Dan Cara Kerja : 
  • Tubuli Proksimal penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya 
  • Ansa Henle penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh karena hiperosmolaritas daerah medula menurun. 
  • Duktus Koligentes penghambatan reasorbsi natrium dan air akibat adanya papilarry washout, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal.
Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.
2.      Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3.      Diuretik golongan tiazid
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4.      Diuretik hemat kalium
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
Yang tergolong dalam kelompok ini adalah:  antagonis aldosteron. triamterenc. amilorid.
5.      Diuretik kuat
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.
Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
6.      Xantin
Xantin ternyata juga mempunyai efek diuresis. Efek stimulansianya paa fungsi jantung, menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus. Namun semua derivat xantin ini rupanya juga berefek langsung pada tubuli ginjal, yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada perubahan urin. Efek diuresis ini hanya sedikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam-basa, tetapi mengalami potensiasi bila diberikan bersama penghambat karbonik anhidrase.Diantara kelompok xantin, theofilin memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat.
Penggunaan klinik diuretik.
  •  Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita.
  • Diuretik golongan tiazid, :
a.   digunakan pada payah jantung kronik kongestif, bila fungsi ginjal normal.
b.   Digunakan pada penderita batu ginjal.
c.   disertai dengan diet rendah garam digunakan pada penderita diabetes insipidu
  • Diuretik kuat biasanya (furosemid) :
a.    terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
b.    Udem paru akut.
c.   digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang segera.
d.   diberikan bersama infus NaCl hipertonis pada penderita hiperklasemia
  • Diuretik osmotik :
a.   pada penderita udem otak
b.  Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah pada penderita acute angle closure glaucoma
  • Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia.
  • Biasanya digunakan diuretik golongan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton untuk penderita sindrom nefrotik
Obat-obat pilihan
  • Golongan Tiazid
1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide® )
Indikasi: edema, hipertensi
Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, , gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison.
Bentuk sediaan obat: tablet
Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari
Efek samping: hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia,  hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.
Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal yang berat;porfiria.  

2. Chlortalidone ( Hygroton®, Tenoret 50®, Tenoretic® )
Indikasi : edema, hipertensi, diabetes insipidu
Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid
Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg selang sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg pada pagi hari
Bentuk sediaan obat: tablet
3. hidroklorotiazid
Indikasi: edema, hipertensi
Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid
Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin; untuk pasien dengan edema yang berat dosis awalnya 75 mg sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari
Bentuk sediaan obat: tablet  

  • Diuretik kuat
1. Furosemide ( Lasix®, uresix®, impugan® )
Indikasi: edema pada jantung, hipertensi
Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat.
Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infus
Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan keadaan pasien
Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit
Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria. 
  • Diuretik hemat kalium
1. Amilorid HCL ( Amiloride®, puritrid®, lorinid® )
Indikasi: edema, hipertensi, konservasi kalium dengan kalium dan tiazid
Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia.
Bentuk sediaan obat: tablet
Dosis: dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali sehari maksimal 20 mg sehari. Kombinasi dengan diuretik lain 5-10 mg sehari
Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit, bingung, hiponatremia.
Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; usia lanjut.
2. Spironolakton ( Spirolactone®, Letonal®, Sotacor®, Carpiaton® )
Indikasi: edema, hipertensi
Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia, hipernatremia, kehamilan dan menyusui, penyakit adison.
Bentuk sediaan obat: tablet
Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; anak, dosis awal 3 mg/kg dalam dosis terbagi.
Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit, sakit kepala, bingung, hiponatremia, hiperkalemia, hepatotoksisita, impotensi.
Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; usia lanjut. 
Untuk pemilihan obat Diuretik a yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter. Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat diuretik dengan merk yang berbeda dengan isi yang sama secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat diuretik sesuai dengan kebutuhan anda.
III. ALAT DAN BAHAN
  • Tikus 1 ekor
  • Obat : furosemid injeksi
  • Timbangan hewan
  • Alat suntik
  • Alat untuk pengujian (tabung metabolisme)
  • Gelas ukur
IV. CARA KERJA
1.      Tikus ditimbang pada timbangan hewan.
2.      Dihitung nilai VAO dan dosis furosemid yang akan diinjeksikan pada tikus
3.      Tikus disuntikan secara intraperitoneal dengan kadar dosis yang telah dihitung.
4.      Tikus dimasukkan kedalam tabung metabolisme untuk dilakukan pengamatan.
5.      Pengamatan dilakukan pada menit ke 10’, 20’, 30’, 40’, 50’, 60’
6.      Jumlah volume urin tikus yang dihasilkan pada menit diatas dicatat
7.      Dibuat kurva hubungan antara volume urin dan waktu.
8.      Dilihat perbedaan pada dosis yang diberikan terhadap jumlah urine yang dihasilkan.

V. HASIL PENGAMATAN
  •  Tikus I
§  Berat Badan                           : 300 mg = 0,3 kg
§  Dosis Obat (Furosemid)            : 40 mg
§  Konsentrasi Obat                    : 10 mg/ml
§  VAO                                     : BB (kg) x Dosis (mg/kgBB) / Konsentrasi ( mg/ml)
                                                                             : 0,3 kg x 40 mg/kgBB / 10 mg/ml
                                          : 1,2 ml

  • Tikus II
§  Berat Badan                           : 320 mg = 0,32 kg
§  Dosis Obat (Furosemid)           : 80 mg
§  Konsentrasi Obat                   : 10 mg/ml
§  VAO                                    : BB (kg) x Dosis (mg/kgBB) / Konsentrasi ( mg/ml)
                                             : 0,3 kg x 40 mg/kgBB / 10 mg/ml
                               : 1,8 ml

  •  TabeL Hasil pengamatan

Waktu (Menit)
Tikus I
Kelompok 1,2, dan 3
Tikus II
Kelompok 4,5, dan 6
10
0
2
20
4
2
30
2,5
2,5
40
2,5
1,5
50
2
1,25
60
2
1,25


VI.               PEMBAHASAN
            Pada pratikum kali ini dilakukan uji diuretik. Diuretik sendiri berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urien. Dengan kata lain adalah berfungsi membuat  pruduksi urine meningkat.  Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci atau membilas ginjal dari dari zat zat berbahaya.
            Pada pratikum kali ini hewan percobaan yang digunakan adalah 2 ekor tikus putih. Sebelum disuntikan dengan obat diuretik tikus - tikus tersebut di timbang terlebih dahulu guna menentukan jumlah obat  yang akan digunakan. Setelah didapatkan jumlah dosis barulah diambil obat yang akan digunakan. Pada bab diuretik ini digunakan obat furosemid injeksi dengan [] 10 mg/1 ml. Setelah itu tikus  - tikus disuntik dengan konsentrasi dosis yang berbeda. Untuk tikus kelompok a digunakan dosis dengan konsentrasi  40mg/1ml. Sedangkan untuk tikus kelompok b digunakan dosis dengan kontrasi 80mg/1ml. Obat di suntikan ke tikus secara intraperitonial.
            Setelah masing- masing tikus disuntikkan, tikus lansung dimasukkan ke sebuah tempat yaitu kandang metabolisme. Masing – masing tikus diletakkan pada kandang yang berbeda. Kemudian setelah 10 menit tikus berada didalam kandang masing – masing tikus mulai mengeluarkan urine. Kemudian urine tersebut di tampung menggunakan gelas ukur.  Setelah itu urin yang telah ditambung menggunakan gelas ukur tersebut  diukur dan dicatat berapa banyak keluarnya. Masing – masing urin tikus diukur dengan selang waktu antara 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit dan 60 menit.
Pada tikus A diperoleh data sebagai berikut pada menit ke 10 urine berjumlah  0 ml , pada menit ke 20 bertambah 4 ml , pada menit ke 30 bertambah 2,5 ml, pada menit ke 40 bertambah 2,5 ml, pada menit ke 50 bertambah 2 ml, dan pada menit 60 bertambah 2 ml. setelah di jumlahkan  maka di peroleh jumlah hasil urine dari tikus kelompok A adalah 13 ml.
Sedangkan pada tikus B diperoleh data sebagai berikut menit ke 10 urine tikus berjumlah 2 ml , pada menit ke 20  urine tikus bertambah 2 ml ,  menit ke 30 urine tikus bertambah 2,5 ml, pada menit  ke 40 urine tikus bertambah 1,50 ml, pada menit ke 50 urine tikus bertambah 1,25 ml, dan pada menit ke 60 urin tikus bertambah  1,25 ml. Setelah di jumlahkan maka diperoleh hasil urine dari tikus kelompok B adalah 10,5 ml.
Dari hasil data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan urine dari pada tikus  kelompok B. Tetapi berdasarkan jumlah konsentrasi dosis obat seharusnya tikus kelompok B lebih banyak mengeluarkan urine dari pada. Konsentrasi dosis obat  untuk tikus kelompak B lebih tinggi di bandingkan tikus kelompok A. karene dosis yang lebih besar berpengaruh terhadap kerja obat didalam tubuh. 
Setelah dilihat dari prosedur kerjanya pada tikus kelompok B ditemukan bahwa pada saat penyuntikkan obat kepada tikus, tikus tersebut terus bergerak saat dipegang oleh salah satu pratikan sehingga mengakibatkan pratikan yang bertugas menyuntikan obat merasa takut dan pada waktu obat disuntikan ke tikus obat hanya dapat masuk setengahnya saja. Karena obat hanya masuk setengah dari  jumlah obat yang seharusnya disuntikkan maka efek dari obat tersebut tidak efektif, dan mengakibatnkan tikus kelompok B mengeluarkan  urien lebih sedikit dari tikus kelompok A.
obat furosemid sendiri sebenarnya mulai menunjukkan efek  pada menit ke 72, tetapi pengamatan yang di lakukan hanya pada menit ke 60. Urine yang dikeluarkan oleh masing masing tikus bukan akibat efek dari obat ferusemid melaikan efek dari stressnya tikus karena penyuntikkan yang sebelumnya di lakukuan. Ini bisa dilihat dari tikangkah laku tikus yang hanya diam di sudut kandang sambil menahan sakit akibat penyuntikan.  Sehingga pada pada pratikum ini urine yang didapat hanya sedikit sekali.
Urine yang sedikit ini juga bisa disebabkan karena masing – masing tikus sebelum pratikum ini hanya meminum sedikit air. Sehingga kadar air didalam tubuhnya hanya sedikit dan membuat urine yang dihasilkan sedikit.

VII.             KESIMPULAN
  1. Diuretik berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.
  2. tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan urine dari pada tikus  kelompok B.
  3. obat furosemid Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.  Mulai menunjukkan efek  pada menit ke 72.
  4. Adanya kesalahan dalam penyuntikan, sehingga hasil yang didapat tidak sesuai. Diharuskan pratikan lebih ahli dalam penyuntikan.


VIII.           DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat,.Bandung: ITB
Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Edisi 6 . Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
http://repository.ui.ac.id (diakses pada 23 April 2011)







0 Responses