Data
Praformulasi
A.
Bahan Aktif
Levertran
Sinonim : Oleum Iecoris Aselli, Oleum Morrhuae, Cod Liver Oil, Minyak ikan.
Minyak ikan adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati
segar Gadus morhua Linne. Dan spesies
lain dari familia Gadidae. Mengandung
tidak kurang dari 255 µg (850 unit FI) vitamin A dan tidak kurang dari 2,125 µg
(85 unit FI) vitamin D per g minyak ikan.
Pemerian
Bentuk : Cairan minyak, encer
Warna : kuning pucat
Bau : bau khas, tidak tengik, bau seperti
ikan
Rasa : rasa khas, agak manis
Kelarutan
Ø Berdasarkan FI IV
Sukar larut dalam etanol; mudah
larut dalam eter, dalam kloroform, dalam karbon disulfida dan dalam etil
asetat.
Ø Berdasarkan Martindale
B.P.
Praktis tidak
larut dalam alkohol; mudah larut dalam kloroform, eter, dan petroleum terang
U.S.P. Kelarutan : sedikit larut dalam
alkohol; mudah larut dalam eter dan kloroform. Simpan di tempat yang tertutup
rapat dan kedap udara. Terlindumg dari cahaya.
Khasiat
dan penggunaan
Minyak ikan kaya akan sumber vitamin D dan juga sumber yang
baik dari vitamin A. Itu juga mengandung beberapa asam lemak tak jenuh yang
merupakan faktor – faktor makanan dasar dan tidak terjadi dalam kandungan
vitamin A dan D.
Sari Minyak ikan atau salepnya sangat mendukung untuk
mempercepat penyembuhan luka bakar,
koreng, menekan sakit dan luka pada permukaan, tetapi pada observasi yang
terkontrol telah menghentikan nilai penguatan yang tegas.
Bobot
Jenis : Antara 0,918 dan 0,927
Bobot
per ml : 0,917 g sampai 0,924 g
Dosis
Dosis
lazim :
Dewasa :
1 x pakai = 5 ml
1 x hari = 8 - 30 ml
Wadah
dan Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dapat digunakan botol atau
wadah lain yang telah dikeluarkan udaranya dengan cara hampa udara atau dialiri
gas inert.
B.
Bentuk Sediaan
Obat ini akan dibuat dalam bentuk sediaan
emulsi dikarenakan bahan aktif yang digunakan ( levertran ) praktis tidak larut
dalam air. Sehingga untuk memperoleh suatu sediaan yang dapat terdispersi pada
fase pendispersi nya diperlukan suatu zat pengemulsi yang biasa disebut dengan
emulsifyng agent.
Adapun Emulsi,
Emulsiones, adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang tidak
larut satu sama lain.
Dalam bidang farmasi,
emulsi biasanya terdiri dari minyak dan
air. Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :
a.
Emulsi minyak dalam
air, yaitu bila fasa minyak, terdispersi di dalam fasa air
b.
Emulsi air dalam
minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak.
Pada formulasi yang akan kami buat adalah emulsi
minyak dalam air untuk penggunaan oral dengan bahan aktif menggunakan cod liver
oil.
Emulsi sangat
bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa keuntungan, satu
diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari minyak.
Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit atau bahan
kosmetik maupun untuk penggunaan oral.
C.
Fomulasi
Formula umum pustaka :
Komposisi :
Oleum Iecoris Aselli 100
g
Glycerolum 10
g
Gummi
Arabicum 30 g
Oleum
Cinnamomi gtt VI
Aqua
destilata hingga 215 g
Catatan :
serbuk gom arab dapat diganti dengan emulgator lain.
:
ditambahkan zat pengawet yang cocok
D.
Bahan Tambahan
GLISERIN
1.
Organoleptis
Bentuk : Cairan
Warna : Jernih
Bau : Tidak
berbau
Rasa : Manis
diikuti rasa hangat
2.
Sifat
Kimia
Sinonim :
gliserol, glycerolin, propana 1,2,3 triol
Rumus
Molekul: C3H8O3
BM :
92,09
Bobot/ml : 1,255-1,260 sesuai dengan kadar 98 % sampai 100% C3H8O3
KD : 42,5
Kadar :
Humectant ≤30
:
Sweetening agent in alcoholic elixirs ≤20
Kelarutan : dalam
air, methanol, dan etanol 95%dan propilenglikol, agak larut dalam aseton,
praktis tidak larut dalam kloroform, benzen dan campuran minyak.
Penggunaan
: sebagai antimikroba
preservatif, emolien, humektan, plasticizer dalam pelapis film tablet, solven
dalam formula parenteral,dan pemanis.
Dosis
Maksimal : 1 x P = 2 gr
1
x H = 6 gr
3. Penyimpanan : gliserin
bersifat higroskopis, sehingga di simpan dalam wadah kedap udara, jika di
simpan dalam temperatur rendah gliserin mungkin akan menjadi kristal.
Kristalnya tidak akan melebur sampai temperatur diatas 200C.
4.
Incomptible : Dapat meledak jika di campur
dengan oksidasi yang kuat seperti potassium permanganat, potassium klorat
Gom Arab
Gom akasia adalah eksudat gom kering
yang diperoleh dari batang dan dahan Acacia senegal Willd. Dan beberapa Acacia
lain.
a.
Organoleptis
Bentuk : Serbuk
Warna : putih-kuning
Bau : hampir
tidak berbau
Rasa : tawar
seperti lendir
b.
Sifat kimia
Sinonim : gom acacia,
gom arab
Rumus
molekul : -
c.
Penggunaan :
Elmugator, stabilizing agent, suspending agent,dan pengikat
tablet
Kadar :
Stabilitas kimia : musilago ini dapat terkontaminasi oleh
adanya bakteri dan dapat terdegradasi melalui reaksi enzimatik, namun dapat
dicegah dengan pemanasan pada waktu yang singkat untuk menonaktifkan enzim
tersebut; iradiasi
gelombang mikro juga dapat digunakan. Larutan berair juga dapat diawetkan dengan
penambahan sebuah antimikrobial pengawet seperti 0,1%
asam benzoat, 0,1% b / v natrium benzoat, atau campuran 0,17% w / v metil
paraben dan 0,03% propil
paraben. Akasia bubuk harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering.
d.
Sifat fisika:
PH : 4,5-5
Kelarutan :
Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental, dan tembus cahaya,
praktis tidak larut dalam etanol
e.
Sifat farmakologi
Inkompatible : Acacia tidak
kompatibel dengan sejumlah zat termasuk
amidopyrine, apomorphine, kresol, etanol (95%), garam besi,morfin, fenol, physostigmine, tanin, timol, dan vanili. Agen pengoksidasi yang terdapat di akasia dapat mengakibatkan mudah teroksidasi. Namun, enzim dilemahkan dengan pemanasan pada 1000C dalam waktu yang singkat. Banyak garam menyebabkan menurunnya viskositas solusi akasia air,sedangkan garam trivalen dapat memulai koagulasi. Larutan berair membawa muatan negatif dan akan membentuk coacervates dengan gelatin dan zat lainnya. Dalam penyusunan emulsi, solusi dari akasia tidak cocok dengan sabun.
amidopyrine, apomorphine, kresol, etanol (95%), garam besi,morfin, fenol, physostigmine, tanin, timol, dan vanili. Agen pengoksidasi yang terdapat di akasia dapat mengakibatkan mudah teroksidasi. Namun, enzim dilemahkan dengan pemanasan pada 1000C dalam waktu yang singkat. Banyak garam menyebabkan menurunnya viskositas solusi akasia air,sedangkan garam trivalen dapat memulai koagulasi. Larutan berair membawa muatan negatif dan akan membentuk coacervates dengan gelatin dan zat lainnya. Dalam penyusunan emulsi, solusi dari akasia tidak cocok dengan sabun.
BHT (Butyl Hidroksi
Toluen)
Sinonim : Agidol, BHT,
2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol, butylhydroxytoluene, Dalpac,
hydroxytoluene dibutylated, 2,6-di-tert-butyl-p-cresol.
Bobot Molekular :
220,35
Rumus empiris : C15H24O
Struktur molekul :
Kegunaan : hydroxytoluene Butylated
digunakan sebagai antioksidan (lihat Tabel I) di dalam kosmetika, makanan, dan
obat-obat dalam farmasi. Yang sebagian besar digunakan untuk penundaan atau
mencegah ketengikan oksidatif lemak-lemak dan minyak dan untuk mencegah
hilangnya aktivitas vitamin pada minyak yang terlarut.
Table I:
Antioxidant uses of butylated hydroxytoluene.
Antioxidant
use
|
Concentration
(%)
|
β-Carotene
|
0.01
|
Edible
vegetable oils
|
0.01
|
Essential
oils and flavoring agents
|
0.02–0.5
|
Fats
and oils
|
0.02
|
Fish
oils
|
0.01–0.1
|
Inhalations
|
0.01
|
IM
injections
|
0.03
|
IV
injections
|
0.0009–0.002
|
Topical
formulations
|
0.0075–0.1
|
Vitamin
A
|
10
mg per million units
|
Pemerian : hydroxytoluene
Butylated merupakan serbuk atau zat padat kristalin kuning pucat atau putih
dengan bau karakteristik.
Kelarutan : pada kenyataannya
tidak dapat larut di dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali
hidroksi, dan cairan asam mineral encer. Sangat mudah dapat larut di dalam aseton,
benzen, etanol (95%), eter, metanol, toluena-toluena, minyak lemak, dan obat
cuci perut. Lebih dapat larut dibanding hidroksianisola berbutil di dalam
makanan meminyaki dan lemak-lemak.
penyimpanan dan
stabilitas : Pengunjukan untuk ringan, embun, dan panas menyebabkan pelunturan
dan hilangnya aktivitas. hydroxytoluene Butylated harus disimpan dengan baik tertutup kontainer, trlindung
dari cahaya, dalam suatu tempat kering, dan dingin.
Incompatible : hydroxytoluene Butylated adalah phenolic dan
mengalami karakteristik reaksi-reaksi dari zat asam karbol. Itu adalah yang
tidak cocok/bertentangan dengan bahan pengoksid kuat seperti
permanganat-permanganat dan peroksida-peroksida. Menghubungi dengan bahan
pengoksid boleh menyebabkan pembakaran sertamerta. Besi/ setrika menggarami
pelunturan penyebab dengan hilangnya aktivitas. Memanaskan dengan sejumlah
katalitis dari penyebab-penyebab asam pembusukan cepat dengan pelepasan(release
gas mudah terbakar isobutene.
Na Benzoat
a.
Khasiat
kegunaan : sebagai zat
pengawet, sebagai lubrikan pada tablet dan kapsul.
b.
Organoleptik
Bentuk : butiran atau serbuk hablur
Warna : putih
Rasa : tidak berasa
Bau :
tidak berbau atau hampir tidak berbau
PH :
c.
Sifat
kimia
Nama kimia :
sodium benzoat
Rumus molekul : C7H5NaO2
Struktur :
Kadar :
Penggunaan
|
Konsentrasi
|
Sediaan obat oral
|
0.02-0.5 %
|
Sediaan obat
parenteral
|
0.5 %
|
Kosmetik
|
0.1-0.5 %
|
Kelarutan : larut dalam 2 bagian air dan dalam
90 bagian etanol.
Stabilitas :Larutan
encer mungkin steril dengan penggunaan autoklaf dan filtrasi, harus disimpan
dalam botol tertutup rapat, dalam tempat yang sejuk dan tempat yang kering.
d.
Sifat farmakologi :
Inkompatible : inkompatibel dengan senyawa kuaterner, gelatin,
garam besi,garam kalsium, dan garam dari logam berat, termasuk perak, timah dan
merkuri. Aktivitasnya dapat mengurangi interaksi dengan kaolin atau nonionic
surfaktan.
Sunset
Yellow Fcf
Rumus Empiris : C16H10N2Na2O7S2
Berat Molekul : 452.37
Sinonim : E110; FD&C yellow #6;
6-hydroxy-5-[(4-sulfophenyl)azo]-2-naphthalenesulfonic acid disodium salt; 1-p-sulfophenylazo-2-naphthol-6-sulfonic
acid disodium salt; yellow orange S.
Pemerian : Serbuk kuning kemerahan. Larutan cairan berwarna orange terang.
Tabel Kelarutan Sunset yellow FCF.
Pelarut
|
Kelarutan pada 20°C
kecuali dinyatakan lain |
Aseton
|
1 in 38.5
|
Ethanol (75%)
|
1 in 333
|
Gliserin
|
1 in 5
|
Propilen glikol
|
1 in 45.5
|
Propilen glikol (50%)
|
1 in 5
|
Air
|
1 in 5.3 pada 2°C
|
|
1 in 5.3 pada 25°C
|
|
1 in 5 pada 60°C
|
Incompatible : Kurang cocok dengan asam sitrat, larutan gula, dan larutan
saturasi Na bikarbonat. Tidak cocok dengan asam askorbat, gelatin dan glukosa.
CARMOISINE
CAS NO 3567-69-9
FORMULA C20H12N2Na2O7S2
BM 502.42
Kelarutan dalam air : Larut
(120 g/L)
pH 6-8
Stabilitas Stabil di bawah kondisi normal
E.
Perhitungan Dosis
Kekuatan sediaan :
“ Dalam 5 ml mengandung
2 gr levertran “
Dosis lazim :
- Dewasa = 1 x P = 5 ml
- Dewasa = 3 x sehari = 15 ml
NO
|
Umur (tahun)
|
BB (kg)
|
Dosis
|
Dosis (1XP) / Sendok Takar (mg/ml)
|
|
1 X P
|
1 X H
|
||||
|
1
|
10
|
153 mg
|
459 mg
|
0,07
|
|
3
|
15
|
400 mg
|
1200 mg
|
0,2
|
|
5
|
18
|
588 mg
|
1764 mg
|
0,3
|
|
7
|
23
|
736 mg
|
2208 mg
|
0,37
|
|
10
|
30
|
1000 mg
|
3000 mg
|
0,5
|
|
12
|
36
|
1200 mg
|
3600 mg
|
0,6
|
|
14
|
45
|
1400 mg
|
4200 mg
|
0,7
|
F.
Aturan Pakai
1 sendok takar = 5 ml
Tiap 5 ml mengandung 2 g levertran :
Anak 1-4 tahun = ¼ sendok takar
Anak 5-10 tahun = ½ sendok takar
Anak 11-14 tahun = ¾ sendok takar
Dewasa > 14 tahun = 1 sendok takar
G.
Kesimpulan Formula
R/ Levertran 2 g / 5 ml
Gliserin 5
%
Gom Arab 15
%
Na Benzoat 0,2
%
BHT 0,05
%
Essence orange qs
Aquades ad 200ml
RANGKUMAN HASIL
PENGKAJIAN PRAFORMULASI
NO
|
Masalah
|
Alternative
Pemecahan
|
Rekomendasi
|
Keputusan
|
Alasan
|
|
1
|
Zat aktif
praktis tidak larut dalam air
|
Emulsi
|
·
Emulsi O/W
·
Emulsi W/O
|
Emulsi O/W
|
Karena zat
aktif yang digunakan tidak larut dalam air dengan zat aktif < fase
pendispersi nya
|
|
2
|
Zat aktif
tidak stabil pendispersinya
|
Ditambahkan
zat emulgator ( emulsifyng agent )
|
·
Gom Arab
·
Na CMC
·
Tragakan
|
Gom Arab
|
mempunyai
stabilitas yang baik dalam sediaan. Pengemulsi digunakan sebagai
zat penurun tegangan muka antar fase.
|
|
3
|
Zat aktif
memiliki rasa yang tidak enak
|
Ditambahkan
pemanis
|
·
Gliserin
·
sorbitol
·
sir simpleks
|
Gliserin
|
Karena selain
sebagai pemanis juga banyak memiliki kegunaan lain dalam sediaan.
|
|
4
|
Sediaan rentan
terhadap tumbuhnya mikroba karena emulsi O/W
|
Diberikan
pengawet
|
·
Na Benzoat
·
Asam benzoat
·
Nipagin
|
Na Benzoat
|
Na benzoat cukup efektif dalam pH
asam dimana molekul tidak mengalami ionisasi dan baik untuk mencegah
pertumbuhan mikroba.
|
|
5
|
Umumnya minyak
mudah teroksidasi
|
Ditambahkan
anti oksidan
|
·
BHT
·
BHA
·
Tokoferol
|
·
BHT
|
BHT
larut dalam minyak sehingga dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi bahan
berkhasiat dan oksidasi fase minyak yang menimbulkan ketengikan dari fase
minyak.
|
|
6
|
Sediaan
tidak memiliki aroma
|
Ditambahkan
flavouring agents dengan aroma
|
·
Strawberry flavour
·
Orange Flavour
|
·
Orange flavour
|
Tersedia
di laboratorium
|
|
7
|
Zat aktif tidak
tahan terhadap cahaya
|
Dipilih wadah yg dapat melindungi zat aktif
dari cahaya
|
Botol berwarna
coklat
|
Botol berwarna
coklat
|
Karena dapat
menghalangi cahaya matahari yg mengenai sediaan
|
|
8
|
Zat aktif
termasuk dalam obat keras
|
Diberikan
penandaan golongan obat
|
|
Karena zat aktif
termasuk dalam golongan obat bebas.
|
H.
Alat dan Bahan
Alat :
a.
Beker gelas
b.
Lumpang
c.
Timbangan analitik
d.
Botol
e.
Corong
f.
Spatula
g.
Pipet tetes
h.
Gelas ukur
i.
Erlenmeyer
Bahan :
- Levertran
- Gom arab
- Na Benzoat
- BHT
- Gliserin
- Essence orange
I.
Penimbangan Bahan
Levertran
Untuk 5 ml mengandung 2 gr levertran :
= 2 g x 1 / 0,917g / ml
= 2,18 ml
Untuk 200 ml
mengandung :
= 200 / 5 ml x ( 2,18 ml )
= 87,2 ml
Gliserin : 5 / 100 x 200 ml = 10 ml
Na Benzoat : 0,2 % x 200 ml = 0,4 g
BHT : 0,05 % x 200 ml = 0,1 g
Gom arab : 15 / 100 x 200 ml = 30 g
Essence orange qs
Aquades ad 200 ml
J.
Prosedur Kerja
Pembuatan
korpus emulsi cara basah :
·
Mendidihkan air yang akan digunakan
sebagai pembawa, dan mendinginkannya.
·
Mengembangkan emulgator sebelum
digunakan
·
Menambahkan minyak sedikit demi sedikit
(Oleum Iecoris Aselli ) ke dalam emulgator yang sudah dikembangkan sambil terus
di aduk hingga terbentuk masa ‘opaque’
(m1)
·
Menambahkan BHT yang telah dilarutkan
ke dalam (m1)
·
Menambahkan bahan-bahan lain ,yaitu
gliserolum, Na Benzoat, essence orange (dalam bentuk terlarut) sedikit-sedikit
sambil terus diaduk.
·
Menambahkan sisa aquadest hingga 200
ml.
·
Memasukkan ke dalam tabung sedimentasi dan mengamati kecepatan sedimentasi yang terjadi.
·
Melakukan evaluasi.
K.
Evaluasi
Mengamati sediaan emulsi berdasarkan :
·
Berat jenis : alat yang digunakan adalah
piknometer dan neraca elektrik
·
Penetapan pH : alat yang dipakai adalah pH
meter.
·
Evaluasi organoleptik : evaluasi ini dilakukan
dengan menggunakan organ-organ tubuh biasa. Yang dilakukan pada evaluasi ini
adalah warna, rasa, aroma.
·
Volume terpindahkan : jika suatu sediaan
dituangkan kewadah lain, maka tentulah ada sedikit sisa dari sediaan tersebut
yang tertinggal diwadah semulanya, terutama pada sediaan larutan. Jika ada
bagian yang tertinggal, maka tentulah dosis dari sediaan tersebut akan
berkurang bagi pasien yang menggunakannya. Maka untuk formulasi dalam pembuatan
haruslah dilebihkan dari bobot sediaan untuk mencegah adanya volume
terpindahkan.
·
Pertumbuhan mikroba : evaluasi ini dilakukan
untuk menguji apakah pengawet yang digunakan memiliki potensi yang cukup baik
untuk melindungi sediaan dari mikroba, karena adanya jamur atau mikroba dapat
mengubah penampilan awal.
·
Terbentuknya cap locking : evaluasi ini
dilakukan untuk membuktikan apakah dalam sediaan dapat terjadi cap locking pada
tutup sediaan, jika terjadi cap locking artinya gula menempel pada tutup
sediaan telah mengkristal.
·
Penentuan viskositas larutan dengan alat brookfield
: evaluasi ini hanya dilakukan pada suspensi biasa, sehingga untuk suspensi
rekonstitusi, viskositas tidak dapat diukur secara pasti. Untuk viskositas
suspensi rekonstitusi hanya dilihat dari kemudahannya untuk dituang dan
keseragaman dispersi partikel didalam suspensi tersebut.
·
Pengamatan sedimentasi : yang diamati tinggi
sedimentasi ( Hv ) dan tinggi total larutan (Ho ).
·
Pengamatan terhadap stabilitas dari sediaan :
dilihat apakah sediaan tetap stabil, atau terjadi ketidakstabilan pada sediaan
seperti flokulasi, deflokulasi, koalesen, creaming dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
American Pharmaceutical Association. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5th edition. London : The Pharmaceutical
Press.
Anonim, 1978, Formularium Nasional Edisi Kedua, Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Department of Pharmaceutical
Sciences. 1982. Martindale the Extra
Pharmacopoeia, twenty eight edition. London : The pharmaceutical Press.
Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III . halaman
271 . Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.